Rabu, 20 Juli 2011

Nazaruddin Pintar Hindari Pelacakan Telepon

Warga di Tanah Air dikejutkan tayangan dialog mantan Bendahara Umum Partai Demokrat M Nazaruddin dengan stasiun televisi. Inilah alasan buronan ini tak kunjung terlacak.
Banyak pihak pasti bertanya-tanya, “Darimana Nazaruddin menelpon?”. Menurut pengamat Teknologi Informasi (TI) Abimanyu Wachjoewidajat, secara teknis, para praktisi Telematika sudah mengetahui cara melacaknya.
Mengingat teknologi komunikasi saat ini umumnya sudah digital, maka telpon dengan durasi lama dari Nazaruddin tentunya bisa dilacak. Lalu mengapa Nazaruddin tak mengetahuinya?
Nazaruddin saat ini menjadi orang paling dicari dan tiap langkah jejak apapun yang mengarah pada keberadaannya merupakan informasi yang sangat beharga. Sehingga ia harus berusaha benar-benar anonymous (identitasnya tidak diketahui).
Menurut pria yang akrab disapa Abah ini, Nazaruddin tak mungkin sebegitu lugu hingga berani menelepon tanpa memastikan keamanannya. Berdasar kualitas suara dari percakapan yang terjadi, Abah yakin Nazaruddin tak menelepon dari perangkat selular. “Besar kemungkinan ia menelepon menggunakan Calling Card (CC)”.
Hal ini bisa diketahui melalui beberapa hal. Pertama, berkomunikasi dengan orang menggunakan CC memiliki pola suara yang persis seperti yang terjadi pada Nazaruddin, yakni terdapat jeda.
Kedua, CC merupakan cara termudah berkomunikasi secara aman dan anonymous karena bisa dibeli dimana saja, bahkan tanpa perlu identitas. Ketiga, CC umumnya menggunakan teknologi VoIP (komunikasi via internet). Yakni, menggunakan infrastruktur atau mediasi pengantar secara digital via internet.
Pada teknologi ini, karena ujungnya analog, maka konversi kualitas suaranya jadi berkurang.  “Terlebih saat terdengar suara ponsel berbunyi saat ia berbicara di MetroTV pada detik 0:46-0:53 dan 1:22-1:25,” ungkapnya
Selain melalui CC, metode aman lain yang bisa dipakai Nazaruddin adalah Call Conference (CF). Melalui metode ini, Nazaruddin berkomunikasi dengan rekannya terlebih dahulu kemudian rekannya tersebut melakukan panggilan ke MetroTV atau TVOne.
Setelah terhubung, Nazaruddin dan MetroTV atau TVOne bisa berbicara dan rekan Nazaruddin diam. Melalui cara ini, nomor yang tercatat pada pesawat penerima adalah nomor rekan Nazaruddin, bukan nomor Nazaruddin.
“Salah satu kunci pembuka misteri ini terletak pada kedua stasiun TV tersebut,” ujarnya.  Meski begitu, Abah mengaku Nazaruddin bisa saja menelepon langsung ke jaringan PSTN stasiun TV, “Cara ini juga sangat mungkin dan biasanya juga menurunkan kualitas suara”.
Namun, karena adanya UU pers yang melindungi narasumber, polisi menjadi tak mudah melakukan pelacakan, kecuali mencari info ke Telkom guna memeriksa incoming call bila benar melalui PSTN yang nomornya pasti sangat banyak.
“Jika kemarin Nazaruddin menelepon melalui ponsel pribadinya, dipastikan hari ‘akhir pelariannya’ sudah dekat,” ungkapnya. Namun, Abah mengakui, selama Nazaruddin memakai salah satu dari dua cara tersebut atau bahkan gabungannya, maka masa kebebasannya bisa lebih lama lagi.
Senada, pengamat telekomunikasi Budi Raharjo mengatakan ada beberapa cara melakukan pelacakan Nazaruddin lewat sambungan teleponnya. Pelacakan bisa melalui call records, melakukan tracking dan pelacakan memanfaatkan BTS operator.
Melalui call records, detil lokasi dan lainnya bisa diketahui dan terlihat jelas. Metode tracking bisa diterapkan saat yang bersangkutan melakukan panggilan telepon. Namun sayangnya, proses pelacakan melalui metode ini memakan waktu yang sangat lama.
Pelacakan melalui BTS operator juga bisa dilakukan namun pihak berwenang harus bekerjasama terlebih dahulu dengan operator di luar negeri. Meski tak bisa secara tepat menunjuk lokasi, melalui BTS, area tempat buronan ini bisa diketahui.
Sedangkan untuk melacak lokasi buronan ini melalui Blackberry Messenger BBM, kerjasama dengan Research In Motion dan operator di luar negeri menjadi suatu keharusan. Jika Nazaruddin berada di luar negeri, pemerintah atau pihak berwajib tak bisa berbuat apa pun.
 “Harus ada kerjasama terlebih dahulu dengan operator di luar negeri agar pelacakan bisa terus dilakukan,” ujar Budi saat diwawancara INILAH.COM via telepon (20/7). Pria yang akrab disapa Budi ini mengaku, lain halnya jika Nazaruddin di Indonesia, pelacakan bisa dilakukan dengan sangat mudah.

0 comments:

Posting Komentar